-- Peristiwa yang mengingatkanku pada masa tuaku nanti :-)--
Aku
baru sadar dan merasa kalau badanku semakin mendoyong ke kanan dan ada
sesuatu yang menempel di punggungku sewaktu aku duduk di dalam angkot
dari Darmawangsa menuju arah Pucang. Memang waktu itu aku tidak duduk
secara penuh ke belakang dan bersandar di kaca angkot. Selidik punya
selidik, aku sempatkan kepalaku menoleh ke sebelah kiri.
Ah..
ternyata seorang nenek tua memakai kebaya dan membawa tas besar yang
isinya tidak penuh karena aku melihat tas tersebut agak kempes sewaktu
ditindihi oleh kedua tangannya.
Nenek tersebut mengangkat kepalanya sewaktu aku menoleh ke kiri. “Nguantuuk Nak…, tak sendeni sampeyan, Matursuwun loh Nak…”,
ucap nenek tersebut dengan tersenyum sambil matanya menahan kantuk
berat. Aku lihat seraut wajah tua yang terlihat sangat lelah. “Inggih Mbah..”, jawabku dan aku mecoba untuk tersenyum balik ke nenek tua tersebut.
Tidak
berapa lama kemudian, aku merasakan punggungku terasa berat dan ada
yang menempeli lagi. Aku berkata dalam hati, biar saja nenek itu
menikmati tidurnya yang lelap di punggungku. Sengaja aku tidak menoleh
ke kiri karena takut nenek tua itu terbangun dengan tiba-tiba yang akan
mengganggu kenikmatan tidurnya.
Peristiwa
itu menyadarkan dan mengingatkanku bahwa nenek tua yang menyandarkan
kepalanya di punggungku merasa nyaman dan nikmat tidurnya karena tak
tahan menahan kantuk walau dia mungkin lupa kalau dia berada di dalam
angkot dan mungkin juga lupa mau berhenti dimana. Yah.. mungkin juga
beliau terlalu capek setelah menempuh perjalanan jauh.
Kasihan,
batinku. Karena wanita setua itu masih saja bepergian sendiri, entah
kemana tujuannya, aku tidak sempat bertanya kepada nenek tersebut.
Tapi
aku bertanya dalam hati, kemana anak-anaknya? Seorang wanita tua yang
selayaknya jika pergi harus selalu ditemani oleh anak, atau saudaranya.
Nenek tersebut pergi sendiri tidak ada yang menemaninya.
Hmmmm….
Seketika itu aku membayangkan diriku di masa tua ku nantinya. Tak
terbayangkan betapa sedihnya nanti jikalau dalam usia senja aku
bepergian kemana-mana sendiri tidak ada yang menemani. Betapa sedihnya
aku nanti jikalau salah satu dari anak-anakku tidak ada yang mau tinggal
bersamaku untuk menemani sekedar berbincang-bincang ringan dan menemani
menghabiskan masa tuaku.
Dalam hati aku berdoa : “Ya
Allah, berilah aku umur panjang dan penuh berkah, mengisi hari-hari
tuaku dengan kegiatan yang bermanfaat bagi suami, anak, cucu, saudara,
serta orang-orang di sekitarku, jangan jadikan aku menjadi beban yang
merepotkan mereka, jadikanlah hari tuaku dengan beribadah kepadaMU
sebagai bekal menghadap ke haribaanMU yang kekal, jangan biarkan aku
sendirian di usia senja dan hindarkan aku dari penyakit pikun”.
Dalam benak terbayang wajah dan sosok ibuku yang semakin menua. Aku teringat pada suatu hari lalu aku telah menolak ajakan ibuku yang mengajakku untuk pergi ke rumah adiknya.
Ada perasaan sedih dan menyesal dalam hati mengingat penolakanku pada ibuku meskipun beliau tidak marah kepadaku.
Ada perasaan sedih dan menyesal dalam hati mengingat penolakanku pada ibuku meskipun beliau tidak marah kepadaku.
Ibu, maafkan anakmu yang di usia senjamu aku tidak bisa selalu menemani detik-detik dan hari-hari yang engkau lalui. “Semoga engkau diberi umur yang berkah, selalu dilindungi oleh Allah dan mendapat akhir yang baik”
Luv,Luluk
Catatan :tak sendeni sampeyan = aku bersandar / menempel ke kamu
matursuwun = terima kasih
Inggih = iya
Keterangan gambar : Wajah tua yang aku beri bentuk hati adalah wajah tua Ibuku, 4 wajah tua yang lain adalah wajah wanita tua asia dengan berbagai ekspresi tuanya, yang aku ambil dari internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar